ahoyeee!!! yeyeyoye! hahaha, saya kembali dengan cerpen... cerbung... novellete ya, whotever lah, yang kedua saya, kali ini saya bercerita dengan sudut pandang cowo, kalo jelek mohon di ampuni, kalo bagus mohon dipuji (ngarep), so Happy reading, :D
‘aku minta maaf’, ucap Evan ketika akhirnya dia memenuhi undanganku untuk datang ke rumah, aku hanya diam saja, menunduk
‘aku... aku juga ga bisa mengendalikan perasaan buat dia, aku minta maaf bro’, ucapnya, Bro? Aku tertawa dalam hati.... semudah itu dia memanggil aku ‘Bro’?
‘pernah nggak kamu ngerasain kaya gini?’, ucapku tetap tenang, dia diam, aku menggelengkan kepala sambil tersenyum
‘ma...’, ucapannya dia terhenti karena tersela aku
‘jaga Irene baik-baik ya’, ucapku
Evan tercengang...
‘mak...maksud kamu?’, ucap Evan
‘jaga Irene baik-baik’, ucapku sekali lagi, tersenyum...
‘ayo anak-anak kumpul’, ucap Bu Tian, semuanya merapat membuat lingkaran di tengah-tengah panggung auditorium
‘diiih, Bu Tian, makin gembil aja nih ibu, hahaha! Kaya Tina Toon ya ga Ner? ’, ucap Natta, seorang teman paduan suara yang berbisik padaku...
PLAK! Mendadak sebuah tamparan mendarat di pipi Natta, aku menamparnya... maksudku, ucapannya itu kurang sopan bukan? Heii! Itu ada guru di depan!
‘Apaan sih kamu?! Gila ya?’, ucapnya setengah berteriak... beberapa anak di sekitar kami menghadap ke kami, aku memandangi tanganku, astaga! Apa yang barusan aku lakuin sih? Aku memandang Irene, dia juga memandangku...
‘maaf’, ucapku singkat... aku menunduk... beberapa menit kemudian, aku lari keluar auditorium
‘Loh? Neros! Neros!’, seru Bu Tian memanggilku, tapi aku tidak menghiraukannya, astaga! Apa sih yang barusan aku lakukan! Aku duduk di emperan kelas, memandangi lorong sekolah ini.... lorong yang menjadi tempat berlalu lalang anak-anak.... lorong yang menjadi saksi bisu apa yang terjadi di sudut-sudut tempat ini... lorong yang menjadi tempat untukku....
‘ARGH!’, aku memegang kepalaku.... aku... apa-apaan sih aku ini! Ah! Aku membasuh wajahku dengan air, dan kembali ke auditorium
‘aku juga bingung kenapa, aku baru sadar, kenapa aku harus ngingetin dia lewat cara kaya gitu’, ucapku
‘maksudnya?’, ucap olive, aku menceritakan detilnya secara lengkap
‘mungkin saat itu kamu lagi kebawa emosi? Menurutku juga dia salah, kenapa harus ngomong gitu, eemmm, tapi kamu juga salah ner, kenapa kamu harus ngingetin dengan cara gitu’, ucap Olive
‘aku ngerti sih, Cuma...’, ucapku terhenti... hening sejenak... seperti mengerti pikiranku, Olive berbicara
‘kamu kepikiran Irene sama Evan lagi?’, ucap Olive, aku mengangguk.
‘mungkin kamu harus mulai bisa nerima kalo Irene emang pacaran sama Kak Evan Ner’, ucap Olive menepuk pundakku pelan...
‘aku tau, pasti sulit.... tapi kamu nggak boleh kaya gini terus, kamu nggak boleh selalu diem, stuck di sini sendirian, liat di sekelilingmu, masih banyak kan orang yang mau bersama kamu, mau jadi sahabatmu’, Olive melanjutkan...
Mungkin Olive benar... mungkin ini saatnya buat menganggap Irene menjadi seorang sahabat, bukan orang yang aku sukai lagi...
‘Maksudnya?’, ucapnya
‘Maaf, M – A – A – F, maaf’, ucapku sekali lagi sambil mengejanya, sambil mengulurkan tanganku sekali lagi
‘buat?’, ucap Irene sambil mengulurkan tangan sehingga tangan kami berjabatan, aku tersenyum
‘boleh aku duduk di sini?’, ucapku, menunjuk ke ruang duduk di tempat duduk piano
‘boleh aja, nih’, ucap Irene sambil berdiri....
‘maaf, karena aku udah menyukai kamu, maaf, karena dengan menyukai kamu, persahabatan kita jadi rusak, maaf....’, ucapku, lalu memainkan piano itu....
Will you listen to my story?
It'll just be a minute
How can I explain?
What ever happened here
Never meant to hurt you
How could I cause you so much pain?
(Sorry – Daughtry)
‘maaf ya’, ucapku, Irene menunduk, aku pergi dari hadapannya tanpa melihatnya
‘Iya....’, Irene mengatakan, nyaris tak terdengar.... tapi aku bisa mendengarnya
‘aku minta maaf’, ucap Evan ketika akhirnya dia memenuhi undanganku untuk datang ke rumah, aku hanya diam saja, menunduk
‘aku... aku juga ga bisa mengendalikan perasaan buat dia, aku minta maaf bro’, ucapnya, Bro? Aku tertawa dalam hati.... semudah itu dia memanggil aku ‘Bro’?
‘pernah nggak kamu ngerasain kaya gini?’, ucapku tetap tenang, dia diam, aku menggelengkan kepala sambil tersenyum
‘ma...’, ucapannya dia terhenti karena tersela aku
‘jaga Irene baik-baik ya’, ucapku
Evan tercengang...
‘mak...maksud kamu?’, ucap Evan
‘jaga Irene baik-baik’, ucapku sekali lagi, tersenyum...
^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^
Untuk saat ini, aku bener-bener lagi galau, semuanya merasakannya, termasuk kejadian di auditorium....‘ayo anak-anak kumpul’, ucap Bu Tian, semuanya merapat membuat lingkaran di tengah-tengah panggung auditorium
‘diiih, Bu Tian, makin gembil aja nih ibu, hahaha! Kaya Tina Toon ya ga Ner? ’, ucap Natta, seorang teman paduan suara yang berbisik padaku...
PLAK! Mendadak sebuah tamparan mendarat di pipi Natta, aku menamparnya... maksudku, ucapannya itu kurang sopan bukan? Heii! Itu ada guru di depan!
‘Apaan sih kamu?! Gila ya?’, ucapnya setengah berteriak... beberapa anak di sekitar kami menghadap ke kami, aku memandangi tanganku, astaga! Apa yang barusan aku lakuin sih? Aku memandang Irene, dia juga memandangku...
‘maaf’, ucapku singkat... aku menunduk... beberapa menit kemudian, aku lari keluar auditorium
‘Loh? Neros! Neros!’, seru Bu Tian memanggilku, tapi aku tidak menghiraukannya, astaga! Apa sih yang barusan aku lakukan! Aku duduk di emperan kelas, memandangi lorong sekolah ini.... lorong yang menjadi tempat berlalu lalang anak-anak.... lorong yang menjadi saksi bisu apa yang terjadi di sudut-sudut tempat ini... lorong yang menjadi tempat untukku....
‘ARGH!’, aku memegang kepalaku.... aku... apa-apaan sih aku ini! Ah! Aku membasuh wajahku dengan air, dan kembali ke auditorium
^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^
‘katanya kamu mukul anak padus ya?’, ucap Olive ketika ia datang ke rumahku, aku mengangguk lemah‘aku juga bingung kenapa, aku baru sadar, kenapa aku harus ngingetin dia lewat cara kaya gitu’, ucapku
‘maksudnya?’, ucap olive, aku menceritakan detilnya secara lengkap
‘mungkin saat itu kamu lagi kebawa emosi? Menurutku juga dia salah, kenapa harus ngomong gitu, eemmm, tapi kamu juga salah ner, kenapa kamu harus ngingetin dengan cara gitu’, ucap Olive
‘aku ngerti sih, Cuma...’, ucapku terhenti... hening sejenak... seperti mengerti pikiranku, Olive berbicara
‘kamu kepikiran Irene sama Evan lagi?’, ucap Olive, aku mengangguk.
‘mungkin kamu harus mulai bisa nerima kalo Irene emang pacaran sama Kak Evan Ner’, ucap Olive menepuk pundakku pelan...
‘aku tau, pasti sulit.... tapi kamu nggak boleh kaya gini terus, kamu nggak boleh selalu diem, stuck di sini sendirian, liat di sekelilingmu, masih banyak kan orang yang mau bersama kamu, mau jadi sahabatmu’, Olive melanjutkan...
Mungkin Olive benar... mungkin ini saatnya buat menganggap Irene menjadi seorang sahabat, bukan orang yang aku sukai lagi...
^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^
‘Maaf ya’, ucapku mengulurkan tangan kepada Irene, Irene yang sedang duduk di depan piano di auditorium kaget...‘Maksudnya?’, ucapnya
‘Maaf, M – A – A – F, maaf’, ucapku sekali lagi sambil mengejanya, sambil mengulurkan tanganku sekali lagi
‘buat?’, ucap Irene sambil mengulurkan tangan sehingga tangan kami berjabatan, aku tersenyum
‘boleh aku duduk di sini?’, ucapku, menunjuk ke ruang duduk di tempat duduk piano
‘boleh aja, nih’, ucap Irene sambil berdiri....
‘maaf, karena aku udah menyukai kamu, maaf, karena dengan menyukai kamu, persahabatan kita jadi rusak, maaf....’, ucapku, lalu memainkan piano itu....
Will you listen to my story?
It'll just be a minute
How can I explain?
What ever happened here
Never meant to hurt you
How could I cause you so much pain?
(Sorry – Daughtry)
‘maaf ya’, ucapku, Irene menunduk, aku pergi dari hadapannya tanpa melihatnya
‘Iya....’, Irene mengatakan, nyaris tak terdengar.... tapi aku bisa mendengarnya
^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^
unrequited part 5 : fin
unrequited part 5 : fin
Tidak ada komentar:
Posting Komentar