Rabu, 08 September 2010

obsession part 9 *dedikasi buat slh 1 sahabatku* :)

sebelum baca ini, perlu kalian ketahui, cerita ini pake sudut pandang pertama, dan dia seorang cewek, jadi.. kalo ada nama cowok dan bilang suka-suka,,, bukan berarti saya hombreng loh ya, ini sudut pandang cewe, SEKALI LAGI INI SUDUT PANDANG CEWE, oke, jadi lets cekidot!

‘aku putus’, ucapku pada dia, dia yang baru-baru ini jadi temen curhatku
‘apa? Kok bisa’, ucapnya
‘ERNEST! Tentu aja bisa dong, apa sih yang nggak bisa? ’, ucapku
‘itu berarti kesempatanku buat ngedapetin kamu makin besar dong?’, Ernest meledek diiringi dengan gelak tawa
‘ih! Apaan sih kamu nest?’, ucapku juga tertawa, ‘aku janji juga sama dia, aku nggak akan pacaran dulu kok sambil nunggu dia’
‘HUSH! Jangan janji gitu ah!’, ucap Ernest, ‘inget, kamu nggak pacaran, terus gimana dengan dia, dia udah sama Keisha, belum tentu dia bakal putus sama Keisha kan?’
‘aku tetep percaya sama dia’, ucapku
‘yah terserah kamu deh, kali ini nggak butuh tissue kan?’, ucap Ernest tertawa
‘Ernest!’, ucapku memukul pundaknya
‘makasih ya Nest, udah jadi tempat curhatku’, ucapku, ‘yah, walaupun baru beberapa kali ini sih’
‘sama-sama Re, padahal kayanya dulu kita ehem... maksudku, kamu sebel banget kan sama aku’, kata Ernest
‘iya! Gimana nggak sebel, kamu ngeledek melulu sih! Udah gitu ngeledeknya gombal lagi!’, ucapku
‘hahaha, iya deh, maaf ya’ ucap Ernest sambil memegang tanganku, hangat,,,
‘eh,udah sore, gila, waktu cepet banget ya, yuk, ntar taman kampus ditutup loh’, ucapku

------------------------------------

2 bulan berlalu sejak kejadian aku putus sama Stefan, semua berjalan biasa, kecuali, komunikasiku dan Stefan yang makin jarang, tapi dia janji dia bakal datang waktu ulang tahunku dan melunasi janjinya...

‘HAPPY BIRTHDAY REA, HAPPY BIRTHDAY REA! HAPPY BIRTHDAY HAPPY BIRTHDAY, HAPPY BIRTHDAY, REAAAA!!!’, suara itu berdengung terus di depan pintu kamarku, kulihat jam, ampun deh, ini udah jam 12 malem kali ya, tolong, siapa sih itu!
‘SIAPA....’, ucapku terhenti ketika melihat Luci, Daniel, Tiara dan Jevon berdiri di depan pintu kamarku sambil membawa satu buah roti bergambar mukaku... mendadak air mataku merebak bahagia...
‘SELAMAT ULANG TAHUN REA!’, ucap mereka berempat, nyaris bersamaan
‘makasih temen-temen, ayo masuk!’, ucapku, oh iya hari ini ulang tahunku, jam 12 malem, tepat, surprise dari temen-temenku bener-bener gila! Tapi,,, they are my best friend, dan tanpa mereka, aku nggak mungkin bisa apa-apa, I love them, so much :)

-----------------------------------------

‘Kak Rea, dicari tuh’, ucap adikku, Farell
‘siapa ya?’, ucapku, aku baru saja mengemasi piring dan gelas habis makan malam bersama keluargaku... moga-moga Stefan, meskipun pada kenyataanya....
‘Ernest?’, ucapku, dia membawa satu kotak dus, cukup besar...
‘Hadiah’, ucapnya singkat
‘makasih, ayo sini duduk Nest’, ucapku
‘diluar aja ya? Nggak enak sama keluargamu, udah malem’, ucap Ernest, akhirnya aku menuruti, kita duduk berdua di luar
‘boleh aku buka?’, ucapku
‘buka aja’, ucap Ernest, ketika aku buka.......
‘bagus?’, ucapnya
‘enngg,,,, bagus sih, tapi aku nggak suka warna pink, sebenernya, tapi nggak apa-apa, lucu kok bonekanya’, kataku, yah, dia memberiku boneka beruang berwarna pink, ukurannya nggak begitu besar sih, tapi, cukup untuk dipeluk, dan kalo boleh bilang, aku nggak suka warna pink, yeah! Sama sekali nggak...
‘makasih ya Nest, ini bagus’, ucapku tersenyum, nggak enak dong kalo aku ngomong langsung nggak bagus...
‘sama-sama Re’, ucap Ernest...
‘dia nggak dateng Nest’, ucapku berusaha tersenyum
‘siapa? Stefan?’, ucap Ernest, aku hanya mengangguk
‘padahal dia udah janji, bakal dateng waktu ulang tahunku, kamu tau, selain itu dia janji apalagi?’, ucapku, berusaha nahan air mata, Ernest menggeleng
‘dia janji, dia bakal ngajak aku ke pantai, dia janji bakal beliin aku gula-gula kapas, lalu kita makan berdua sambil ngeliatin pantai, dia janji.... dia janji bakal kasih aku cincin, dia janji...’, aku nggak bisa ngelanjutin kata-kata lagi, air mataku terlanjur merebak...
‘hey...Hey’, ucap Ernest memelukku, lalu memandangku sambil mengusap airmataku, ‘jangan nangis... kamu mau kalo aku yang ajak kamu ke pantai? Kamu mau kalo aku yang ajak kamu beli gula-gula kapas terus kita makan bareng-bareng di pantai?’

-----------------------------------------------

‘makasih ya Nest’, ucapku sambil memakan gula-gula kapas, sekarang kita lagi di pantai, jam udah menunjukkan pukul 21.30, angin dingin makin menusuk, jaket loreng-loreng hitam-putihku sepertinya nggak begitu berfungsi, tapi mendadak Ernest merangkulku...
‘sama-sama, jangan nangis lagi ya reaaa’, ucap Ernest, aku tersenyum sambil mengeluarkan sedikit air mata...
‘nah sekarang...’, ucap Ernest, mengambil sesuatu dari mobilnya, sebuah kotak kecil, ya tidak terlalu kecil... sedang...
‘kita rayain berdua ya, tadinya mau aku ajak mama, papa dan adikmu buat ikut niup lilin, tapi berhubung kita sekarang lagi di pantai, ya lebih baik dirayain sekarang, ya kan?’, ucap Ernest sambil membuka kotak itu yang berisi kue dan menyalakan lilin...
‘ayo, MAKE A WISH’, ucap Ernest, ‘sebelum tiup lilin’
Aku memejamkan mata... aku tau, aku mungkin plin plan, tapi untuk saat ini aku nggak mau merubah-rubah lagi keputusanku, Tuhan, ini keputusan terakhirku, izinkan aku buat perlahan-lahan ngelupain Stefan, aku tau, aku nggak mau terobsesi lagi sama dia, mungkin sulit, tapi aku percaya, aku bisa, dan aku nggak boleh stuck dengan Stefan, aku nggak mau lagi dibutain oleh yang namanya CINTA, aku harap dengan aku meniup lilin ini, harapanku berhasil buat ngelupain Stefan... aku membuka mata dan meniup lilin itu...

------------------------------------------------

Fin eps 9

Tidak ada komentar:

Posting Komentar